Selama periode 21 Mei hingga 7 Juni 2025, siswa dari jenjang PAUD hingga mahasiswa, guru, komunitas, dan masyarakat luas diajak menuliskan surat cinta kepada para lansia.
Momen Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) yang diperingati setiap 29 Mei kembali menggugah hati bangsa untuk lebih peduli pada para lansia. Di usia senja mereka, perhatian dan kasih sayang menjadi kebutuhan yang tak kalah penting dari sekadar layanan kesehatan.
HLUN ke-29 tahun 2025 mengangkat tema yang menyentuh: “Lansia Terawat, Indonesia Bermartabat.” Subtema bidang kesehatan pun tak kalah menyentuh, yaitu “Merawat Lansia, Merawat Bangsa.” Keduanya menjadi pengingat bahwa negara yang bermartabat adalah negara yang menghormati orang tuanya.
Tahun ini, Kementerian Kesehatan menghadirkan sebuah gerakan nasional bertajuk Gerakan Semua Cinta Lansia, yang memantik gelombang empati melalui kegiatan “Cinta Lansia: Satu Surat, Sejuta Senyum.” Selama periode 21 Mei hingga 7 Juni 2025, siswa dari jenjang PAUD hingga mahasiswa, guru, komunitas, dan masyarakat luas diajak menuliskan surat cinta kepada para lansia.
Surat-surat ini berisi ungkapan terima kasih, harapan, kenangan, dan pesan penuh cinta yang disertai enam pesan kesehatan utama untuk lansia: cek kesehatan rutin, olahraga, gizi seimbang, jaga kesehatan mental, minum obat teratur, dan menjaga kebersihan diri.
“Setiap surat dan senyum adalah langkah kecil menuju Indonesia yang lebih ramah lansia,” ujar Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kemenkes, Imran Pambudi, seperti dikutip dalam keterangan Selasa (27/5/2025).
Ia berharap, gerakan ini tidak hanya menjadi kampanye tahunan, tetapi juga panggilan hati bagi seluruh masyarakat untuk lebih peduli terhadap para lansia yang telah berjasa membesarkan bangsa.
Tak hanya media ekspresi, surat-surat ini menjadi jembatan hati antargenerasi. Dalam suasana yang lebih hangat, para lansia merasa didengar dan dihargai. Di tengah tantangan seperti kesepian, penyakit tidak menular, dan keterbatasan mobilitas, secarik surat bisa menjadi cahaya kecil yang menyinari hari-hari mereka.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024, lansia kini mencakup 12 persen dari total penduduk Indonesia, menjadikan Indonesia masuk ke dalam kategori negara ageing population sejak tahun 2021. Hal ini diiringi oleh rasio ketergantungan lansia yang juga meningkat, mencapai 17,08 persen.
Sebagian besar lansia berada pada kelompok usia 60–69 tahun, dengan domisili terbanyak di wilayah perkotaan, serta jumlah perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Provinsi dengan persentase lansia tertinggi adalah Daerah Istimewa Yogyakarta, mencapai 16,28 persen dari total penduduk provinsi tersebut.
Sementara itu, hasil survei menunjukkan bahwa 36,05 persen rumah tangga di Indonesia memiliki anggota lansia, dan 53,91 persen di antaranya menjadi kepala rumah tangga. Sebagian besar lansia tinggal bersama keluarga tiga generasi (35,73 persen) dan keluarga inti (34,45 persen).
Masalah Kesehatan Lansia: Tantangan Serius yang Masih Dihadapi
Kesehatan lansia menjadi salah satu isu penting. Sebanyak 42,81 persen mengaku mengalami keluhan kesehatan dalam sebulan terakhir, dan 20,71 persen mengalami gangguan aktivitas akibat penyakit. Keluhan yang umum di antaranya batuk, pilek, demam, sakit kepala, serta penyakit kronis lainnya.
Mirisnya, 24,01 persen lansia masih aktif merokok setiap hari. Dalam pengobatan: 50,38 persen lansia memilih mengobati sendiri, 19,12 persen melakukan rawat jalan, 6,19 persen menjalani rawat inap dengan rata-rata durasi 5–6 hari. Namun, 84,01 persen biaya pengobatan telah ditanggung oleh program jaminan kesehatan seperti BPJS, Jamkesda, dan asuransi lainnya.
Kondisi Ekonomi Lansia: Masih Produktif, Namun Banyak yang Rentan
Meskipun berusia lanjut, 55,32 persen lansia masih aktif bekerja. Mereka mayoritas berada di wilayah pedesaan (65,24 persen), dan bekerja di sektor informal (84,75 persen), terutama di bidang pertanian (52,19 persen).
Namun, 75,21 persen dari pekerja lansia dikategorikan sebagai pekerja rentan, dan 18,66 persen berstatus pekerja tidak tetap. Rata-rata penghasilan mereka hanya Rp2,07 juta per bulan, masih di bawah upah minimum regional (UMR). Sekitar 41,87 persen lansia berada di kelompok ekonomi terbawah.
Pemerintah telah menyalurkan sejumlah program bantuan sosial kepada lansia, di antaranya:Program Keluarga Harapan (PKH): 16,94 persen, Bantuan ATENSI Lanjut Usia: 6 persen, Bantuan sembako: 25,89 persen, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN): 77,75 persen. Namun, hanya 34,36 persen lansia yang memiliki tabungan di lembaga keuangan.
Pekan Sayang Lansia
Sementara itu, Hari Lanjut Usia Nasional 2025 juga diperingati di sejumlah daerah. Seperti di UPT Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur yang mengadakan Pekan Sayang Lansia, yakni rangkaian kegiatan edukatif dan rekreatif khusus bagi para lanjut usia di masing-masing wilayah kerja.
Pada kegiatan ini, sebagai dukungan dokumentasi dan diseminasi informasi publik, Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Timur mendapat tugas memproduksi video dokumentasi kegiatan Bedah Kamar Lansia, serta melakukan publikasi HLUN 2025 melalui kanal resmi Pemprov Jatim dan media sosial. Seluruh rangkaian kegiatan HLUN 2025 dirancang sebagai bentuk penghormatan dan kepedulian terhadap lansia, sekaligus mendorong penguatan peran lansia dalam kehidupan bermasyarakat.
(Sumber Kemenkes, BPS, Diskominfo Jatim)
Penulis: Juli
Redaktur: Untung Ssumber Indonesia.go.id
Komentar