Ilustrasi/Foto
ROKAN HILIR, Infozone | Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax dan Pertalite di wilayah Panipahan, Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rokan Hilir, dalam beberapa hari terakhir kian meresahkan masyarakat. Sulitnya memperoleh BBM di SPBU maupun pengecer menyebabkan harga di tingkat eceran melonjak jauh di atas harga eceran tertinggi (HET).
Salah seorang penjual BBM eceran di Jalan Bakti Panipahan, Novianty (36), pemilik Toko Kak Cuan, mengungkapkan bahwa pasokan BBM ke Panipahan sempat terhenti total selama hampir sepekan. Kondisi ini membuat masyarakat berbondong-bondong membeli BBM di lapaknya karena harga yang ia patok relatif lebih rendah dibanding penjual lain.
“Waktu pasokan baru masuk, harga di pasaran belum stabil. Saya terpaksa menjual Pertamax Rp25 ribu per liter. Itu pun dalam waktu setengah jam langsung habis dibeli konsumen,” ujar Novianty kepada wartawan.
Ia menyebutkan, pada Senin (15/12/2025), dirinya menjual Pertamax seharga Rp23 ribu per liter. Sementara itu, sejumlah pengecer lain di Panipahan mematok harga jauh lebih tinggi, yakni berkisar antara Rp28 ribu hingga Rp30 ribu per liter.
Menurut Novianty, tingginya harga BBM di Panipahan tidak terlepas dari mahalnya biaya distribusi. Pasokan Pertamax harus diambil dari luar daerah, bahkan hingga ke Medan, dengan berbagai biaya tambahan yang cukup memberatkan.
“Biaya sewa mobil monte dari Panipahan ke Medan mahal. Ditambah sewa kendaraan, biaya BBM, serta kewajiban membeli jerigen Rp50 ribu per unit. Belum lagi uang kopi kepada petugas pengisian sekitar Rp25 ribu per jerigen,” ungkapnya.
Selain itu, masih ada biaya lain yang harus dikeluarkan, mulai dari uang kopi sopir sekitar Rp300 ribu, hingga setibanya di Panipahan harus kembali menyewa kendaraan pengangkut dengan biaya sekitar Rp200 ribu untuk dua kali perjalanan.
Akibat mahalnya biaya distribusi tersebut, harga BBM di tingkat pengecer melonjak tajam. Pertamax dijual di kisaran Rp25 ribu hingga Rp30 ribu per liter, sementara Pertalite dan bensin eceran berada di rentang Rp20 ribu hingga Rp30 ribu per liter.
Novianty berharap kondisi ini segera membaik dan harga BBM di Panipahan dapat kembali normal seperti sebelumnya.
“Harga segini jelas memberatkan masyarakat. Kami berharap ada solusi agar pasokan lancar dan harga bisa turun,” ujarnya.
Keluhan serupa juga disampaikan warga. Pengemudi ojek, pemilik kendaraan roda dua, hingga pedagang kecil mengaku pendapatan harian mereka tergerus akibat mahalnya harga BBM.
Masyarakat berharap pemerintah daerah bersama pihak terkait, termasuk Pertamina, segera mengambil langkah konkret untuk menstabilkan distribusi BBM serta melakukan pengawasan ketat terhadap penjualan di tingkat eceran. Ketergantungan Panipahan terhadap pasokan BBM dari luar daerah melalui jalur laut dinilai sangat rentan terhadap hambatan logistik dan kerap menjadi pemicu kelangkaan.
Rikky Dermawan, Infozone melaporkan






