Kadis DLH Kabupaten Flores Timur Propinsi Nusa Tenggara Timur
Servulus Satel Demoor/ FOTO
Flores Timur, Infozone | Upaya menjaga ekosistem laut terus digalakkan oleh berbagai komunitas pegiat lingkungan di Kabupaten Flores Timur. Salah satunya dilakukan oleh Komunitas Tunas Bahari Desa Nuhalolon, Kecamatan Solor Barat, yang mencanangkan kegiatan penanaman kembali terumbu karang sebagai langkah nyata kepedulian terhadap kelestarian lingkungan pesisir.
Kegiatan ini mendapat apresiasi langsung dari Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Flores Timur, Servulus Satel Demoor, yang hadir dan meninjau langsung kegiatan di Desa Nuhalolon, Selasa (7/10/2025).
“Berdirinya Komunitas Tunas Bahari ini kami apresiasi setinggi-tingginya. Kepedulian mereka terhadap ekosistem laut, khususnya melalui penanaman kembali terumbu karang, patut menjadi contoh bagi masyarakat lainnya,” ujar Servulus dalam sambutannya.
Sebagai instansi teknis, DLH Flores Timur berkomitmen memberikan dukungan konkret berupa penyediaan tong sampah dan pendampingan teknis untuk mendukung keberlanjutan ekosistem terumbu karang dan mangrove di wilayah pesisir.
Selain itu, DLH juga terus menjalin koordinasi intensif dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta Pemerintah Provinsi NTT guna memperkuat program perlindungan ekosistem laut di daerah.
Dalam kunjungan tersebut, Kadis DLH didampingi oleh Alexander B. Gedeona (Kabid Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup), Paulus Tena (Kabid Penataan Hukum), serta Jhon Wilbert (Kabid Pemasaran dan Kemitraan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Flores Timur). Turut hadir aktivis lingkungan Monik Bataona, Camat Solor Barat, Kepala Desa Nuhalolon, serta tokoh masyarakat setempat.
“Kami ingin membangun kesadaran kolektif bahwa menjaga laut bukan hanya tugas pemerintah, tetapi tanggung jawab bersama,” tegas Servulus.
Dengan semangat gotong royong masyarakat pesisir, kegiatan seperti ini diharapkan menjadi gerakan berkelanjutan untuk menjaga laut Flores Timur tetap lestari bagi generasi mendatang.
Komitmen dan Apresiasi dari Komunitas Tunas Bahari
Stefanus Bala Kein, Penasihat sekaligus Dewan Pengawas Komunitas Tunas Bahari Desa Nuhalolon, menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Flores Timur, khususnya DLH, atas dukungan dan perhatian terhadap kegiatan pelestarian terumbu karang yang digagas masyarakat setempat.
Ia menjelaskan bahwa kegiatan ini berawal dari inisiatif warga lokal yang memanfaatkan material bekas dan hasil swadaya masyarakat. Dukungan luas masyarakat memperkuat semangat komunitas dalam menjalankan aksi nyata penyelamatan ekosistem laut.
“Kami memulai dengan semangat kebersamaan. Banyak pihak memberi dukungan, baik dalam bentuk material maupun tenaga. Kami berharap, dengan adanya perhatian dari pemerintah, kegiatan ini bisa terus berlanjut dan berkembang menjadi kawasan konservasi sekaligus wisata bahari,” ujar Stefanus.
Dukungan dari Pemerintah Desa
Sementara itu, Kepala Desa Nuhalolon, Markus Mulai Keray, mengisahkan bahwa cikal bakal Komunitas Tunas Bahari berawal dari diskusi santai di bawah pohon yang kemudian berkembang menjadi gerakan kolektif menjaga laut.
Sejak tahun 2019, Pemerintah Desa Nuhalolon telah melarang penambangan pasir laut dan penangkapan ikan dengan pukat di wilayah pesisir desa sebagai langkah awal menuju kawasan konservasi.
“Komunitas ini bukan bentukan pemerintah desa, tetapi lahir dari kesadaran masyarakat sendiri. Kami sangat mendukung, bahkan sudah menyiapkan rencana agar kegiatan konservasi ini masuk dalam anggaran desa tahun 2026,” jelas Markus.
Pemerintah desa juga tengah menyiapkan Peraturan Desa (Perdes) tentang perlindungan terumbu karang dan kawasan konservasi pesisir, serta berencana melakukan penanaman mangrove dan reklamasi pantai sebagai bagian dari visi menjadikan Nuhalolon sebagai destinasi wisata bahari berbasis konservasi di Kabupaten Flores Timur.
Beny Djawan, perwakilan Business Development Service (BDS) Flores Timur, mengingatkan pentingnya konsistensi komunitas dalam mencapai tujuan.
“Fokus pada tujuan dan jangan mudah terbuai oleh situasi atau apresiasi. Waktu yang akan membuktikan,” tegasnya.
Menurut Beny, kesuksesan sebuah komunitas tidak selalu sulit dicapai selama ada kemauan kuat dan kerja sama yang solid. Ia menilai Komunitas Tunas Bahari sudah menunjukkan langkah konkret dalam mengelola potensi laut dan lingkungan sekitar.
“Dengan semangat dan kerja sama yang kuat, Desa Nuhalolon bisa menjadi contoh bagaimana masyarakat lokal mengembangkan potensi daerahnya secara mandiri,” tutupnya.
Solor dan Warisan Sejarah Dunia
Sementara itu, Camat Solor Barat, Petrus Kera Kewuan, menyampaikan bahwa Kepulauan Solor memiliki sejarah dan peradaban panjang yang menjadi bagian penting dari identitas masyarakat setempat.
Menurutnya, selain melalui kegiatan pelestarian lingkungan yang dilakukan Komunitas Tunas Bahari, upaya mengangkat nilai-nilai historis dan budaya Solor perlu terus diperkuat agar menjadi daya tarik wisata sekaligus kebanggaan daerah.
“Solor memiliki sejarah panjang tentang peradaban dan perjalanan historis yang kaya. Karena itu, selain ada Komunitas Tunas Bahari, kami juga mendorong agar simpul-simpul sejarah itu dijadikan daya tarik utama,” ujar Kewuan.
Ia menilai kekayaan sejarah Solor merupakan aset dunia yang layak diakui secara internasional, dan berharap agar sejarah panjang Kepulauan Solor dapat diperjuangkan menjadi Warisan Dunia (World Heritage).
“Kami ingin sejarah panjang Kepulauan Solor menjadi warisan dunia. Ini penting agar generasi mendatang bisa mengenal, menghargai, dan menjaga warisan leluhur kita,” tambahnya.
Langkah ini, lanjut Kewuan, akan menjadi dorongan besar bagi pengembangan pariwisata berbasis budaya dan sejarah di Nusa Tenggara Timur, sekaligus memperkuat identitas maritim Nusantara di mata dunia.
Rita Senak SE, Infozone









